~ Potret di Ujung Senja ~ I
BAB I Kota Metropolitan "Untuk menjadi seorang fotografer, kau harus mempunyai mata yang indah, Nak." Ujar lelaki setengah baya itu pada seorang bocah kecil yang masih terheran-heran dengan tongkat berkaki 3 itu. Setengah ingin bertanya tapi dia hanya memainkan jari-jemarinya. Lelaki itu menatap bola mata itu. Suci. Dan ia tersenyum padanya. Sementara si anak itu tersipu-sipu. "Ini mainan apa?" Tanyanya. Lelaki itu tertawa. "Jika seorang penulis mengukir sejarah dengan penanya, maka seorang fotografer akan mengukirnya dengan potret." "Jadi ini alat untuk main ukir-an?" "Bisa jadi, kau mau mencoba?" Tawarnya. "Boleh?" "Tentu.... Karena sejarah akan selalu berjalan. Dan kau, si pengungkit masa. Kabarkan kepada dunia bahwa.... Aku pernah ke sini. Di bawah langit yang sendu, Kotaku. Kemana pemuda kian ke kota? Padahal ladang menghampar amba?" Aku kembali menatap wajah bocah kecil itu....