Posts

Showing posts from 2014

Istiqomah menjadi seorang istri

 Usianya menginjak 27 kini. Namun wajah ayunya itu mampu memanipulasi siapa saja yang hanya melihat fisiknya. Apalagi sampai saat ini, dia belum juga diberikan momongan. Diam dan tersenyum ketika orang membicarakan dibelakanngnya. Entahlah, aku tak tahu hatinya terbuat dari apa. Aku pun heran, masih ada orang seperti dia, mau saja dibilang wanita  janda bahkan mandul pula. Sepertinya bukan mau tetapi mungkin dia sedang berusaha menjadi orang yang lebih tegar setelah kepergian suaminya 2 tahun lalu ketika mobil yang dibawanya oleng dan terjerumus pada hutan pinus sekitar Jalan Raya Karangpucung-Lumbir itu.    Wajah jelita nan lugu itu mampu menarik perhatian siapapun termasuk aku sendiri dari kaum hawa. Beberapa lelaki mencoba meminangnya tetapi dia menolak secara halus. Hingga suatu hari aku mulai memberanikan diri bertanya kepadanya dengan canda serta senyum menyertaiku "Mba, kenapa kenapa menolak lamaran Bung Ismail? padahal beliau kan terkenal akan sifatnya yang baik, sopan

Ukhti karateka (Fiksi)

Menjelang kenaikan sabuk, Neira sibuk latihan ketahanan tubuhnya.Usai sholat Shubuh, dia langsung berubah bak power ranger. Mamanya kaget melihat anak gadis semata wayangnya pergi pagi-pagi buta. “Lho, kamu mau kemana Ra?” “Mau jogging ma, biar sehat dan kuat. Ya udah ma, Neira mau berangkat dulu. “Assalamu’alaikum.” “Wa’alaikumussalam,” jawab sang Mama masih tertegun. Baru beberapa langkah Neira keluar dari rumah, di jalan dia melihat sosok berwana putih. Neira mulai memperlambat langkahnya. Dia bimbang antara meneruskan langkahnya atau balik lagi ke rumah. “Apa sih itu, udah jam segini kok ada makhluk yang belum ngandang ke dunianya sih? haduh…tuh kan jika ada warna yang paling menyebalkan itu adalah warna putih. Entah kenapa warna tersebut selalu membuatku gemetaran seperti ini. Mungkin karena aku teringat akan kematian. “ Sosok tersebut kian lama, kian jelas. Bahkan dia berbalik menatapnya. Neira berhenti seketika. Sosok tersebut justru menyapanya. “Hai Ra?” “Iya?”

Gelas

"Semakin keras suatu benda, kenapa justeru semakin mudah dipecahkan? Berbeda dengan benda yang lentur. Kenapa demikian? Ah susah sekali aku mempercayainya. Bukankah untuk mejadi keras dibutuhkan waktu dan proses yang lama serta sulit." Kataku sembari merai gelas palstik berwarna hijau. "Hei kau sudah bosankah denganku?" Tanyaku setelah menggenggamny a.Dalam imajinasiku, gelas itu menangis. "Bukan. Aku hanya sudah tahu kapan waktunya untuk bertahan. Mungkin inilah kualitasku sebanding dengan hargaku. Selamat tinggal tuan." Gelas itu terdiam dan kembali seperti semula. "Hei..kenapa..kenapa harus dengan cara seperti ini engkau menguji dirimu?" Tak ada jawaban. Kesal. Mencoba meraih  gelas yang lain. Kali ini, aku memilih gelas dari kaca. Menuangkan serbuk hitam dari sebungkus Kopi ABC rasa moca. Tak lama, aku telah siap menuangkan air panas dari termos. Segurat senyum menantikan aroma kopi kesayangan. Entah kenapa hanya kopi menjadi teman s