Posts

Showing posts from 2018

- Senantiasa Merasa Bodoh -

Saya tahu, setiap orang mempunyai point of view nya masing-masing. Point of view ini menurut saya sifatnya subjektif. Dan akan selalu berubah sesuai tempat/posisi kita berada. Seorang recruter akan mempunyai point of view yang berbeda dengan pelamar (jobseeker). Jobseeker yang belum mempunyai kesempatan untuk melanjutkan pendidikan tinggi, akan mempunyai point of view berbeda dengan jobseeker yang telah diberi kesempatan menyelesaikan pendidikan tertinggi. Dan sepertinya 2 contoh ini sering berseliweran di beranda. Yang tidak akan menemukan kebenerannya. Karena masing-masing "tempat/ posisi" akan mencari pembenaran. Kecuali, jika anda sudah merasakan semua "tempat/ poisi" tersebut. Lebih baiknya sih, tidak perlu merasa lebih baik dari yang lain. Itu seolah menunjukan bahwa ia sedang menghibur diri dari kenyataan yang menyakitkan. Betul atau bener? Hehe ~ Dan sebenarnya, orang pintar adalah orang yang senantiasa merasa bodoh. Kenapa? Ia selalu belajar

Point of view atau sudut pandang

Barusan, saya sempat membaca postingan dari salah seorang HRD. Saya tidak kenal beliau, bahkan tidak tertarik untuk mengenalnya. Terkecuali satu, cara beliau memandang sesuatu dari latar belakang beliau sebagai HRD.  Beliau yang tidak perlu saya sebutkan namanya itu, dalam postingannya berkata bahwa tidak perlu membohongi diri dengan mengunakan bahasa inggris sebagai biodata diri/ curriculum vitae untuk melamar kerja jika pada tahap interview ditanya bahasa inggris justeru beralasan tidak bisa berbahasa inggris.  Kemudian dalam komentar tersebut, seorang pelamar tengah berpendapat sesuai dengan latar belakangnya bahwa ia melakukan hal tersebut semata-mata ingin memberikan yang terbaik. Sehingga apapun ia lakukan, mulai menerjemahkan kata bahkan recheck grammar di internet. Yang lainnya lagi berkomentar hampir menyetujui pendapat HRD. Tidak perlu menutupinya. Ia berdalih bahwa memang sejak sekolah sudah tidak suka bahasa inggris. Karena dulunya jiwa nasionalismenya masih

Adaptasi

Image
Hidup adalah tentang survival. Cara mempertahankan diri. Salah satunya dengan cara adaptasi. Makhluk hidup yang tidak bisa beradaptasi akan punah. Maka demi mempertahankan kelangsungan hidupnya, mereka melakukan adaptasi. Misalnya evolusi.  Berbicara adaptasi, saya pribadi sering mempraktikannya. Adalah kewajiban bagi saya untuk menghormati tempat dimana saya tinggal sekarang. Secuek apapun, seorang manusia tidak lepas dari faktor eksternal terutama orang lain. Ya, manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain. Sekalipun ia seorang introvert, ia tetap membutuhkan seorang teman. Hanya saja, bagi mereka siapa yang dijadikan teman itu lebih penting.  Adaptasi di lingkugan. Dulu, saya tinggal di daerah jawa tengah yang konon katanya lebih cenderung berbahasa ngapak. Sejak lahir sampai SD, saya terbiasa berbicara jawa ngapak. Ayah saya pun yang notabenenya orang sunda, selalu menggunakan bahasa jawa. Jadi, saya belum pernah berbahasa sunda sebelumnya. Kemudian memasuki masa SMP, b

Peran Otak

Tangan, kaki dan semua panca indra kita bisa terlihat. Tetapi otak tidak. Peran otak lebih krusial daripada semuanya. Tangan bisa saja lumpuh, kaki bisa saja bengkak dan panca indra bisa saja tidak berfungsi sebagai mestinya. Tetapi jika otak sudah tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya, bisa saja kacau. Jika dianalogikan dengan sebuah jabatan. Otak adalah CEO sementara tangan, kaki dan panca indra adalah bawahan. CEO memang tak nampak bekerja tetapi tanpanya, pekerjaan bisa saja terbengkalai. Karena ia adalah otak daripada sebuah bisnis. Kerjanya tidak koar-koar. Ya karena itulah pekerjaannya. Lebih banyak berpikir dan membuat stategi-strategi serta memodifikasi produk untuk tetap survive di pasar. Sementara bawahannya seperti marketingnya, ia harus eksis. Terutama eksis menawarkan produk untuk meningkatkan omset perusahaan/ bisnis. Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa apapun pekerjaan tetap saja tak selamanaya bermodal dengkul. Bukan sekedar action. Tetapi berpik

Penting mana otak sama duit?

Penting mana otak sama duit? Tentu penting otak. Adanya duit juga tidak lain karena otak. Otak berpikir mengenai alat tukar karena dulu hanya sebatas sistem barter (tukar barang). Alat tukar dibuat sedemikian rupa agar praktis dibawa kemana2. Dulu berupa koin sampai ke uang kertas. Lebih canggih lagi sekarang sudah ada e-money. Sumuanya bermetamorfosis sedemikian rupa tidak lain ya karena otak. Hanya saja, otak siapa yang berperan dalam hal tersebut yang dipertanyakan. Jika otak yang tidak dibiasakan untuk berpikir, mungkin uang lebih berharga daripada otaknya. Bener nggak? Nah, masalah uang tidak terlepas daripada inflasi. Uang kertas sangat rentan dengan inflasi, maka daripada itu demi mengurangi hal tersebut, diciptakanlah bank sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi inflasi pada uang kertas. Disimpan. Ya, fungsi bank hanya sebagai menyimpan. Tetapk tidak memperkaya karena bunganya digunakan untuk biaya adminsitrasi (syarat dan ketentuan berlaku). Sekarang, bandingkan denga

Berita dari Si Biang Gosip

"Aku nggak habis pikir sama pikiranku yang nggak habis-habis mikirnya. Sampai sampai sekarang pun aku masih bisa mikir. Kenapa aku harus mikir "kenapa?". Kenapa aku harus pake rok? Kenapa aku harus bangun pagi? Kenapa aku harus bawa tas? Kenapa aku? Kenapa harus aku? kenapa? Kenapa coba? Kenapa enggak dicoba? Kalau enggak dicoba, mana tahu ini cobaan? Aaaaargh." Kataku menggerutu. "Padahal di rumah, nggak ada satupun setelan bajuku yang ada roknya. Nggak ada. Gila. Iya, aku harus gila sekarang. Sejak Ibuku mengamendamenkan undang-undang terbarunya. Semua anak-anaknya wajib bin kudu pakai banget, sekolah. Sekolah is number one . Sekolah is number-number one. You know-lah" Kataku nyerocos dalam hati setelah duduk manis mendengar berita terkini dari si biang gosip, Arafah. "Eits... brandednya aja si biang gosip, kenapa gue musti percaya sama omongannya?" Hmmmm." Aku meliriknya. Dia masih nyerocos tak henti-hentinya. Dia mengklaim b

Asa Nan Pualam

Image
Asa Nan Pualam Aku suka berkelana... Aku suka bercerita... Menyapa dunia.. Menapaki alam semesta... Dunia dan alam, berbeda... Mungkin kau malam.. Meredup dalam temaram Biar kurcaci mendekam Maut, menerkam Tetapi asa, tetap pualam. Semarang, 18 Desember 2017 -Dewi Purwati #puisi #asa #pualam

F.O.K.U.S

 Ada kisah menarik yang pernah saya baca. Jadi, kisah ini saya ambil dari seseorang yang mengunggajnya di salah satu media sosial. Kebetulan karena saya mencoba untuk mengurangi beli buku dalam bentuk hard file, saya biasanya membaca soft file atau postingan di media sosial. Tetapi, itu hanya mengurangi pembelanjaan. Jika ada buku yang menurut saya menarik, saya akan membacanya.  Baik saya akan menceritakan tentang kisah seseorang di dalam masjid. Mungkin tidak persis sama, karena saya akan menceritakan dengan gaya saya sendiri.  Di kerumunan orang-orang dalam Masjid, seseorang sebut saja si Fulan. Ia merasa terganggu ketika mengaji. Maka, disampaikanlah keluh kesahnya itu pada Pak Kyai. "Pak Kyai, saya nggak bisa fokus. Di sebelah sana ada yang ngobrol sendiri...." Dia menceritakan kondisi dalam ruangan tersebut. Kemudian ia izin pergi. Namun dicegah oleh Pak Kyai. "Tunggu dulu, Le (sapaan orang Jawa). Kamu bisa melakukan ini ?" Tanya Pak Kyai. "M