Ada postingan menarik di sebuah platform. Mengenai fakta dan konteks. Baik, saya akan ulas hal tersebut (kembali ke fakta dan konteks) dengan fenomena yang sering kita alami. . . . Seperti kasus demikian: Fakta : Ukuran sepatu saya 38,5. Belum tentu ukuran tersebut dikatakan kegedean/ kekecilan. Menilai fakta harus dikorelasikan dengan konteks. Konteksnya bisa berupa hal-hal yang mempengaruhinya. Fakta dari ukuran sepatu 38,5 dikorelasikan dengan tinggi badan 160 cm dan berat badan (berkaitan dengan volume). Dalam hal ini berat badan hampir sedikit mempengaruhi lebar ukuran sepatu. Tapi tidak terlalu berpengaruh dibandingkan tinggi badan. Baiklah, dikorelasikan dengan tinggi badan 160 cm. Hal ini didukung oleh penelitian dari kawan kita Mas Adi Suryadi, dkk (Mahasiswa ITB) bahwa ada korelasi antara ukuran sepatu dengan tinggi badan. Dan dari hasil survey, tinggi badan perempuan 160 cm antara 36-39 cm. Kesimpulannya: Gue normal. Ukuran sepatu gue engg
Usianya menginjak 27 kini. Namun wajah ayunya itu mampu memanipulasi siapa saja yang hanya melihat fisiknya. Apalagi sampai saat ini, dia belum juga diberikan momongan. Diam dan tersenyum ketika orang membicarakan dibelakanngnya. Entahlah, aku tak tahu hatinya terbuat dari apa. Aku pun heran, masih ada orang seperti dia, mau saja dibilang wanita janda bahkan mandul pula. Sepertinya bukan mau tetapi mungkin dia sedang berusaha menjadi orang yang lebih tegar setelah kepergian suaminya 2 tahun lalu ketika mobil yang dibawanya oleng dan terjerumus pada hutan pinus sekitar Jalan Raya Karangpucung-Lumbir itu. Wajah jelita nan lugu itu mampu menarik perhatian siapapun termasuk aku sendiri dari kaum hawa. Beberapa lelaki mencoba meminangnya tetapi dia menolak secara halus. Hingga suatu hari aku mulai memberanikan diri bertanya kepadanya dengan canda serta senyum menyertaiku "Mba, kenapa kenapa menolak lamaran Bung Ismail? padahal beliau kan terkenal akan sifatnya yang baik, sopan
Say Hello to Black Jack 1 Karya Ejiro Shimada & Yoh Tokiwa Saito mengatakan pada pasien akan memberitahu hasil dari pemeriksaan. Sementara itu Kume menerangkan bahwa untuk operasi perlu ada pertemuan dengan perkumpulan dokter bedah dalam dan atas izin profesor. Sepengalamannya, pernah membiarkan pasien meninggal hanya karena tidak ada profesor walapun kamar bedah sedang kosong, hanya karena tidak mau tindakan operasi dilakukan diam-diam tanpa pengetahuan profesor. Saito mencoba berbohong. Tugas dari Kume kepada Saito hanyalah berhubungan baik dengan pasien karena tugas yang menyembuhkan pasien Cuma pasien itu sendiri, sementara tugas dokter adalah membantu pasien menyembuhkan. Tidak seperti pasien sebelumnya, Miyamura tahu akan mafia perkumpulan dokter universitas. Sehingga Miyamura awalnya cuek, dia mulai berbicara setelah Saito hampir menyerah berhubungan baik dengannya. Dia memperkenalkan diri kenapa ia bisa sampai menjadi dokter. Saito merupakan anak
Comments