"Salah Paham"


Samar-samar dari arah gerbang sekolah SMA Merdeka datanglah sesosok gadis kepadaku. Mukanya misterius, ditambah dengan kacamata yang melekat pada wajahnya membuatku merinding. Dia terus berjalan menuju arah mukaku. "Heii kenapa kamu tidak bilang padaku?" tanya nya kepadaku. "Haha? apah?" aku berbalik tanya padanya. "Kamu tuh yah...kamu anggep aku ini siapamu...kenapa kamu tidak memberitahu aku kalo kamu akan ...." katanya dengan napas tersendat-sendat sambil menahan amarah. "akan apa?" tanyaku berusaha menenangkan suasana. "akan..." jawabnya terpotong. Ku lihat dia menggenggam selembar kertas resep obat yang musti dibeli di apotik. Kini aku tau alasan yang membuatnya marah padaku. Dia adalah seorang anak apoteker jadi tak heran jika dia tau obat apa yang musti aku beli. Obat untuk penderita kanker darah. "akan mati" kataku berusaha menyambung kata darinya. Mendengar kata-kata tersebut membuatnya merasa iba. Dia memeluku. "Dineira...kenapa kamu menyembunyikan ini dari ku? kamu tau kamu udah aku anggap sebagai adik ku sendiri, tetapi kenapa kamu masih menyembunyikan hal sepenting ini dari ku? ". Dia terus berbicara hingga aku merasa seolah tak ada kesempatan untuk mengungkapkan kepadanya. "Heii..kenapa kamu diam ra? jawab aku..aku tau kamu sekarang merasa sedih, merasa kalo dunia ini engga ada artinya...yah mungkin rasanya sama seperti ketika aku ditinggal pacarku". Dia terus berbicara hingga aku gemas padanya, rasanya ingin menutupi mulutnya dengan lakban. "Siska...plissss deh jangan lebay" kataku padanya. "apa? aku lebay? lebay kenapa..ikh sorry yaa cewe kaya aku tuh engga ada tampang-tampang lebay'a". siska terus berbicara. Merasa kesabaranku udah habis, aku pun menggunakan cara terakhir yaitu membungkam mulutnya dengan tanganku sendiri. "siip, udah ngga brisik" kataku setelah berhasil membungkap mulut siska, sahabat karib ku di SMA ini yang terlihat lebay tapi tetep care sma sahabat-sahabatnya. "Siska..kalo kamu ngomong terus, kapan aku bisa bicara??....dan tolong ya, biasa saja. ngga usah lebay. Aku tuh yah...kemarin emang sempat berobat dan kamu tau.. aku berobat bareng sama orang yang namanya sama persis seperti namaku. Terus...resep dokter kita ketuker. ok...aku engga mengidap penyakit kanker darah ..aku cuma batuk doang..." jelasku masih dalam keadaan membungkam mulut sahabatku itu. Aku baru melepaskan tanganku setelah Siska menganggung dan terlihat mengerti. "sekarang..kamu sudah tau?" tanyaku dengan penasaran. "emang tadi kamu ngomong apa ?". Dia berbalik tanya padaku. "Hah? apah? jadi kamu engga denger tadi aku ngomong apa?". Aku merasa gregetan dengannya. Melihat aku merapihkan lengan baju panjangku, Siska mencoba kabur dariku. sepertinya, dia mengira aku akan menjitak kepalanya. "Heii..kemana kamu...sinih aku mau menjitak kepalamu..biar loading cepet, engga lelet kaya modemku (sm*******)" ucapku sambil mengejarnya. "haha..engga mau "....jawabnya dari kejauhan tapi suaranya masih aku dengar. "heii ..ra, sebenarnya aku tuh tadi denger kok..kamu bilang apa aja..cuma aku pura-pura engga dengar, biar kita impas". lanjutnya. "Hah? Apah?!! jadi..jadi aku di tipu sama domba jawa itu... " ucapku dengan bercanda dan tersenyum. Siska terus berjalan hingga dia menaiki sebuah bis Metromini dan hilang dari pandanganku.

Comments

Popular posts from this blog

Fakta dengan Konteks

Istiqomah menjadi seorang istri

Kebohongan Pertama