CINTA TUNGGU AKU DI SURGA


Rasanya sulit untuk kembali mempercayainya setelah kejadian itu. Amira, gadis 18 tahun itu kembali mengingat kejdian dua minggu yang lalu, tepatnya ketika dia melihat cowok yang dia incar selama ini sedang asik mengobrol dengan para gadis sebayanya di depan kelas XII IPA 1. Entah mengapa, tiba-tiba terbesit dalam hatinya akan rasa kecewa karena telah menunggunya namun orang yang ia tunggu tak kunjung datang dan rasa lelah, lelah untuk terus menyimpan perasan suka. Lama dia berdiri, berfikir dan terus berfikir. "Tak mungkin aku akan terus begini...aku memang menyukainya, tapi ..aku tak mau mengusiknya. Aku lebih memilih jadi pengecut daripada harus mengganggu hbungan orang" ucapnya kemudian, setelah berfikir agak lama. Dia terdiam, walau sebenarnya dia ingin menjerit. Matanya berkaca-kaca. Kakinya gemetar. Dia berusaha meninggalkan tempat itu. Namun, tubuhnya seketika terasa ringan. kepalanya terasa pening. Hingga dia pun terjatuh menimpa pot bunga di depan ruangan tersebut. Bunyi pot tersebut terdengar oleh Danah (Cowok inceranya) tersebut.
Danah melihatnya. Dengan terburu-buru, dia lari menuju kearah jatuhnya Amira. Dia mengangkat tubuh Amira lalu membawanya ke Rumah Sakit terdekat. Lama ia menunggu, akhirnya sang dokter keluar dari ruangan prakteknya. Sang dokter tak banyak bicara, beliau hanya menggelengkan kepala. "Sisa hidupnya tak lama lagi, sepertinya dia harus dioperasi" ucap sang dokter pada Danah. Danah yang tak tau menahu dengan kondisi teman yang baru ia kenal tersebut kaget luar biasa. "Apa pak? harus segera dioperasi?" kata Danah tak percaya. "iya. Dia penderita Kanker darah dan harus segera dioperasi" jelas sang dokter. "sejak kapan pak, tapi selama ini dia tak pernah cerita pada saya" lanjutnya. Belum sempat sang dokter menyahuti pertanyaan dari danah, suara sang perawat telah membuat beliau pergi meninggalkan danah. Tak banyak yang bisa, Danah lakukan sekarang. Dia mencoba menenagkan diri, duduk tepat di depan kamar Melati nomer 33, tempat Amira dirawat. handphonya berbunyi. Dia merogoh saku dan mengambil handphone tersebut. Dia membuka satu persatu pesan masuk. Betapa kaget hati danah, melihat banyak pesan yang masuk ternyata dari Amira. Jaringan komunikasi yang pada waktu itu sedang mengalami gangguan, membuat pesan Amira baru sampai ke Danah sekarang. isi pesan amira yang pertama berbunyi seperti ini:
"Kaka dimana? aku lagi nunggu kaka di depan kelas kaka, tapi kok kaka ngga ad?".
isi pesan kedua:
"Kaka, kaka mau ad les ya? sampai jam brp ka? nanti aq tunggu"
Isi pesan ke tiga:
"ka, nanti kalo aq ngga ad, berarti aq sdng di Mushola ..ka, mau sholat dzuhur dlu"
Isi Pesan ke empat:
"nih, aku udh slsai sholat ka, kaka udh mau pulang blm?"
Isi pesan ke lima:
"ka..kok pesanku ngga dlblz..kaka lgi mrh ya? sama aku?"
Isi pesan ke enam:
"Ma'afkan aku...."
Isi pesan ke tujuh:
"Ka, aku pulang dlu yah... semoga besok kita akan berjumpa".

Membaca pesan tersebut. Air mata danah seakan tak bisa lagi dibendung. Dia menagis. Dia bangkit dari tempat duduknya. Kemudian melihat Amira yang terbaring lemas dari balik kaca jendela. "Ma'afkan aku..seharusnya ..aku memberitahu kamu, kalo aku ada praktik hari ini, jadi..aku engga berada di kelas ku, dan seharusnya handphone ku tak usah di silent"  kata Danah menyesal. Kini, dia menuju sebuah sebuah ruangan. Sepertinya ruangan tersebut merupakan tempat untuk beribadah. Danah mengambil air wudhu lalu beribadah disana, tak lupa dia mendo'akan Amira.
"Ya Tuhan, berilah dia kekuatan untuk melawan penyakitnya itu...aku ingin bertemu dia  esok hari, aku rindu akan senyum dan canda rianya Tuhan. Tuhan..aku memohon kepadamu dengan sangat...dengan sangat...dengan sangat....izinkanlah hambamu ini selalu disampingnya, menjaganya, dan menjadi imam untuk nya dan anak-anaknya kelas".
hampir semalaman, Danah berdo'a, mengaji dalam mushola itu. Tanpa sadar dari arah belang tempat ia bersujud, datanglah sosok perempuan, manis sambil tersenyum. Danah mengucap salam, mengakhiri sholat witir. "Amirah?" kata danah tak percaya. Amira hanya tersenyum seperti biasa. Danah belari ke arah Amira. "Kamu ngga kenapa-kenapa kan?" tanya Danah cemas. Amira menggelengkan kepala. "Aku engga kenapa-kenapa" . "Syukurlah". " "Aku engga mau kamu pegi ra" pinta Danah. "Aku pun begitu, tak ingin meninggalkanmu, tapi aku ini hanyalah titipannya. Suatu waktu aku harus siap ketika nyawaku harus diambil oleh-NYA. Aku tau, aku tak punya waktu banyak untuk menikmati sisa waktuku ini, tapi aku bahagia jika untuk menghabiskan sisa waktu ku..aku menghabiskannya bersama mu, di sisimu dan dijaga olehmu...dan apabila waktuku tlah habis. Aku akan setia menunggumu di Surga sana.." kata Amira pada Danah.

Danah terharu mendengar ucapan gadis berumur 18 tahun itu. Gadis yang selama ini dikenal ceriwis (suka bercanda) itu ternyata begitu dewasa. "Ra, aku baru sadar kalo aku termasuk orang beruntung, karena aku masih diberi kesempatan untuk bisa bertemu kamu kembali. Mungkin Tuhan tau, kalo aku harus mengucapkan ini padamu selagi aku masih menjadi orang beruntung" kata Danah. "mengucaka apah? selamat menikmati detik-detik menjelang ajal ..maksudmu?" ucap Amara sambil bercanda. "Aku suka kamu...ehh...lebih tepatnya Aku mencintaimu karena Alloh". Ucapan Danah tersebut sepertinya telah menghentikan aliran darahnya, jantung Amira terasa berhenti. "kamu engga senang ya ra?".
"A..a..aku senang kok...seneng banget...".Mereka berdua pun tersenyum malu.
Tiga bulan telah berlalu semenjak kejadian itu. Kini Amira pun benar-benar kembali kepada-NYA dan Danah bisa mengikhlaskan kepergian Amira. Setiap hari sesudah pulang sekolah, danah selalu menyempatkan diri berjiarah ke makam Amira.

Karya: Dewi Purwati
IG: dewipurwat

Comments

Popular posts from this blog

Fakta dengan Konteks

Istiqomah menjadi seorang istri

Kebohongan Pertama