Malam-Malam Dokter Magang


Say Hello to Black Jack 1 Karya Ejiro Shimada & Yoh Tokiwa


Malam-Malam Dokter Magang



Setiap tahun, 8 ribu orang dari 81 fakultas kedokteran di seluruh Jepang diwisuda, termasuk Universitas Eiroku. Sajiro Saito salah satu lulusan universitas tersebut masuk dalam 80 dari 8 ribu wisudawan terbaik universitas tersebut. Kuliah 6 tahun dan ujian negara teori saja, Saito laki-laki muda itu berusia 25 tahun sekarang dan mulai bekerja di rumah sakit Eiroku deng an honor 38 yen. Dengan honor segitu, Saito mengambil kerja sambilan di rumah sakit Seido.
 

  Hari pertama dia bertemu dengan Direktur rumah sakit tersebut, kemudian karena baru bekerja dia ditemani oleh dokter Ushida yang juga sedang mendapat jadwal bekerja hari itu. Kali pertama bertemu dengan dokter Ushida, Saito merasa dicueki karena sikap dokter Ushida yang selalu memanfaatkan waktu dengan baik, mulai dari menyarankan agar Saito makan dan tidur selagi ada waktu. Dia kemudian mengorek sebuah catatan ditemukan informasi bahwa hari ini memang dia berkerja bersama dokter Ushida dan rumah sakit tersebut memiliki 120 tempat tidur.
Tak lama, terdengar bunyi sirine membawa pasien laki-laki muda usia 20 tahun ,mengalami kecelakaan motor dan tulang kaki kirinya patah. Dokter Ushida menyuruh Saito agar membawa 10 pak kantung darah, mengkalkulasi darah, biokimia dan golongan darah, uji kecocokan darah, tranfusi, buka seluruh ractec dan menyontikan hidrokorn 100 mili. Namun karena masih baru, dia agak lamban. Dia kagum dengan rumah sakit tersebut tidak pernah menolak pasien. Dokter Ushida menambahkan bahwa menangani pasien mendapatkan pin nilai dimana satu poin nilai sama dengan 10 yen. Jumlah total poin nilai nantinya akan dibayarkan pasien dari asuransi kesehatan. Berbeda dengan kecelakaan, baiaya diambil dari kompensasi asuransi kecelakaan. Rumah sakit tersebut hanya menerima pasien kecelakan lalu lintas saja karena sat upon nilainya 40 yen.

  Sepulang dari kerja sampinga, Saito berpikir mengenai biaya kecelakaan lalu lintas di rumah sakit tersebut yang bisa mencapai 4 kali lipat dari biasanya, namun dengan bekerja semalam dia bisa mendapatkan honor 2 bulan dokter magang. Hari kedua sebelum kerja sampingan, dia sempat mengobrol dengan Direktur. Direktur berkata bahwa malam ini honornya 100 yen. Saito tercengang. Dikira takut sendirinya ternyata memang dia agak kaget dengan penghonorannya. Direktur menjelaskan bahwa ada 240 dokter di Jepang untuk menangani 500 penduduk. Namun jumlah rumah sakit jauh lebih banyak dari jumlah dokter, sehingga rumah sakit tersebut hanya memiliki 3 dokter saja.
Menurut hasil angket lembaga independen mahasiswa kedokteran Jepang, 79 rumah sakit universitas di seluruh Jepang yang melarang dokter magang bekerja sampingan tak lebih dari 2%. Dokter magang yang bekerja sampingan, 80%nya pernah piket sendirian. dari semua dokter magang piket sendirian itu, 90%nya pernah mengalami kecemasan. 
Malam kedua kerja sampinga, Saito mendapati pasien kecelakaan lalu lintas pemuda usia 20 tahun mengalami luka memar kemungkinan seluruh tulang badannya patah. Dia cemas, kemudian menghubungi dokter Ushida tetapi tidak bisa dihubungi, begitpun dengan Direktur. Dia mengecek liver pasien terluka dan rongga pernapsannya berlubang, namun dia cemas karena belum pernah melakukan operasi besar seperti ini. Setelah dihubungi kepala perawat, Direktur datang untuk mengoperasi pasien. Sementara Saito bersembunyi dan ditemukan oleh Direktur sedang ketakutan. Direktur bertanya kenapa dia tidak mengoperasi pasien? Jika tahu akan mati lebih baik membedah perutnya, dibiarkan saja pun akan mati. Setidaknya lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa. Jika pun operasinya gagal berarti telah membunuhnya. Saito menyalahkan Direktur karena membiarkan anak magang sepertinya bekerja sendirian dan masih menerima pasien gawat darurat padahal dokternya hanya 3 orang itu karena hanya uangnya saja. Direktur berkilah bahwa dia menyelamatkan jiwa pasien jadi tidak salah dan magang atau perpengalaman bagi pasien, dokter tetaplah dokter. Direktur itu pun mencuci otak Saito, untuk tidak beragumen seolah-olah mengatakan kebenaran, bahwa benar itu lemah dan kuat itu buruk. Esoknya Saito bercerita pada dokter Ushida mengenai kejadian semalam. Dokter Ushida pun mengakui sempat mengalami dan merasakan seperti yang dialami Saito.
     

    Ditulis: Dewi

Comments

Popular posts from this blog

Fakta dengan Konteks

Istiqomah menjadi seorang istri

Kebohongan Pertama